Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NGEMPLANG PEMBELI, REJEKINYA LARI, BERKAHNYA GAK NEMPEL DI HATI...

Sudah sering kita baca kasus kayak gini nih, pas musim liburan, banyak pengusaha makanan yang naikin harga semena-mena demi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.. 
Prinsipnya sederhana... Aji Mumpung!
Mumpung lagi liburan!
Mumpung konsumennya dari luar kota!
Mumpung orang rebutan makanan!
Harga langsung dimainkan, bahkan hingga dua kali lipat, pokoknya sikattt!!

Dan ini yang terjadi,
Seorang ibu menulis di surat pembaca, makan pecel di alun-alun satu kota hanya berlima kena kemplang 150 ribu lebih, dia membayarnya tapi hatinya tidak ikhlas.. Tidak ada keridhoan di transaksi itu.

Yang lainnya makan di lesehan bertiga, kena kemplang 200 ribu juga ada. 
Saya pun pernah kena, makan berenam beberapa tahun lalu waktu dolar belum menggila, di kaki lima masakan kambing gak tanggung-tanggung notanya 365 ribu, sudah bayar, dijalan baru sadar? Lho.. Masak balungan aja sama es teh berenam satu orangnya 60 ribu? Normalnya balungan 25-30 ribu aja dah dapat.. 




Traksaksi terjadi namun mengecewakan pembeli, mereka pergi bukan dengan puas hati, tapi malah menggerundel kecewa, energi negatif yang dibawa. Dan energi itu yang akan dibawa kemana-mana dalam bentuk cerita buruk "pokoknya jangan makan disana!!"
Naaaah... Siapa yang bakal rugi coba?

Kalau alasan hukum ekonomi, banyaknya permintaan maka harga boleh dinaikkan, lebih baik pakai hukum hati nurani..
Betul memang kalau liburan harus lembur, karyawan harus dikasih bonus, kadangkala harga bahan baku juga naik.. 
Cobalah berhitung, ternyata dengan menaikkan 30% harga pun sudah untung, kenapa harus ngemplang pembeli dengan harga seenaknya demi keuntungan sesaat saja? 
Duitnya dapat..
Berkahnya tidak.. 
Akadnya cacat, dzalim, sehingga rejekinya jadi gak diberkahi Allah..

Buat apa panen rejeki dengan ngemplang pembeli, hingga mereka tidak ridho ketika membayar? Allah bakal ambil lagi duit itu dengan cara yang tidak terduga juga..
Duitnya ilang tiba-tiba, keluarga ada yang sakit, kecelakaan, kemalingan, ditipu orang, dan banyak cara Allah ngambil harta itu karena cara mendapatkannya juga dengan mendzolimi orang lain.. 

Padahal Quran dan Hadist jelas banget ngasih panduannya nih,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.” (QS. An-Nisa’ 29).

“Tidak halal harta orang Muslim, kecuali atas dasar kerelaan jiwa darinya.” (HR. Ahmad, dan lainnya)

Mmmm... Gitu ya!
Eh, kalau ada pelukis, menjual lukisannya harga 1 milyarrrr! Padahal modal kanvas, cat minyak, bingkai, paling cuman 2 juta cukup.. Gimana tuh mas?

Tergantung akadnya, kalau pembelinya setuju tanpa paksaan, dia begitu suka lukisan itu, hatinya ridho dan ikhlas membelinya maka sah saja.. Salaman.. Bungkus! 
Beda dengan pecel yang dikemplang paksa dadakan 150 ribu..

Jujur itu pengukur hati.. 
Banyak yang berani jujur karena yakin Allah selalu mengawasi, itu level tertinggi.. 
Maka gak tanggung-tanggung balasannya nanti, seperti pesan Nabi:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” 
(HR. Tirmidzi no.1209)

Selamat jalan-jalan setiap hari, selamat berburu berkahnya rejeki.. 

Salam,
@Saptuari

4 komentar untuk "NGEMPLANG PEMBELI, REJEKINYA LARI, BERKAHNYA GAK NEMPEL DI HATI... "

Admin+ 16 Desember 2018 pukul 09.35 Hapus Komentar
Subhanallah,,.. terima kasih untuk berbagi cerita dengan kami Mas Saptuari.

Ijin berbagi, siapa tau bermanfaat bagi rekan rekan sekalian Kisah Para Nabi & Rosul serta Kisah orang orang yang berhijrah ke jalan ALLAH SWT
ASTraveller 30 Mei 2019 pukul 12.41 Hapus Komentar
salam kunjungan dan follow sini ya :)
Glafidsya 5 September 2019 pukul 21.32 Hapus Komentar
seperti biasa tulisannya Mas Saptuari ini selalu memberikan inspirasi bagi kita pembacanya..

Baca juga tulisan lainnya disini :

Sejarah Batu Hajar Aswad

Rahasia Bisa Segera Umroh

Berburu Air Zamzam

Tukang Sampah Naik Haji
Sugiharto 13 Oktober 2021 pukul 11.35 Hapus Komentar
Bermanfaat