Para Perayu...
"Tuhan senang kepada orang-orang yang manja kepada-Nya" - Emha Ainun Nadjib
Pesan Trend Ilmu Giri, Selopamioro Bantul.. Pertengahan 2012
Mujahadah malam itu baru setengah jalan, 300an jamaah yang berkumpul di tempat itu masih berdoa, masing-masing memanjatkan hajatnya. Usai membaca Al Fatehah 41 kali, seluruh jamaah berdiam diri.. Sunyi..
KH. Nasrudin Anshory mengajak seluruh jamaah untuk berdoa, apapun yang diminta, keheningan lereng bukit itu, semilir angin menjadi saksinya.. Seolah malaikat turun bersama para petani yang datang berduyun-duyun berjalan kaki, menghimpun doa-doa mereka yang berserakan dan membawanya ke langit sana...
Usai berdoa, tausiyah malam itu Gus Pur yang berbagi cerita, bersama ayam ingkung dan nasi gurih yang dibagi kepada seluruh jamaah...
"Ada seorang Kyai pimpinan Pondok Pesantren di Purworejo sana yang mengajarkan kita tentang ilmu Tauhid dengan cara sederhana..." Gus Pur mulai berbicara.
"Beliau sangat menjaga sholatnya, bukan hanya kata-katanya yang lembut tapi juga kebersihan tubuhnya. Jika menjelang sholat Dzuhur jam setengah dua belas beliau sudah mandi, berganti baju, menyisir rambutnya, memakai minyak wangi, rapi seperti akan bertemu dengan kekasihnya.. Adzan berkumandang beliau sudah ada di Masjid, beribadah dengan begitu tenang.. seolah dunia dan seisinya tidak mempengaruhi kekhusukannya.." lanjut Gus Pur
"Begitu juga ketika akan Magrib, jam 5 beliau sudah rapi, menunggu petang dengan tenang, seolah-olah Magrib datang adalah pertemuan dengan kekasihnya yang telah lama dirindukan... Berdoapun beliau begitu khusuuuk, menadahkan tangan seolah-olah itu adalah sholat terahirnya"
Jamaah yang hadir terdiam...
"Sementara kita, kadang sholat hanya sebagai syarat.. Buru-buru dikejar waktu, pertemuan dengan Allah hanya seperti mengisi absen di kantor, begitu cepat dan kita pergi lagi.. Tidak ada dialog dari hati, sholat kita seperti tak dinikmati..."
Aku pun mengangguk mengiyakan...
"Sekali waktu seorang santri mengabarkan kalau motor pak Kyai hilang, jawaban beliau nyaris tanpa beban kehilangan.. 'Kalo Allah menghendaki motor itu kembali, pasti akan kembali lagi..'
Tak lama seorang santri datang lagi, mengabarkan kalau motor sudah ditemukan, mogok dipinggir sawah dan ditinggal maling yang mengambil dari pekarangan..."
"Itulah bedanya kita dengan beliau, kita kalau kehilangan motor pasti yang dituju pertama paranormal dan polisi... Kalau pak Kyai pasrahkan pada Allah, Dia yang Maha Kuasa yang akan mengurusnya.. Yakin se yakin-yakinnya"
Angin semilir di Bukit Selopamioro yang sunyi ini seolah ikut membisu, mengajak semua hati yang hadir untuk takhluk pada-Mu...
-------------------------------
Bandara Soekarno-Hatta Jakarta...
Semua undangan yang hadir sudah memenuhi kursi tamu, makanan dan tumpeng juga sudah siap. Semua rundown acara juga sudah rapi, namun prosesi itu belum juga dimulai...
Panitia sibuk mengecek semua perlengkapan, jangan-jangan ada yang kurang.. Semua masih menunggu yang punya kepentingan, pemeran utama lakon hari itu.. Sandiaga Uno.
Saat ini launching terbang kembalinya pesawat Mandala, setelah setahun lebih maskapai yang dulu pernah eksis dengan pesawat-pesawat airbus A320 baru itu akhirnya pailit juga, beban operasional tidak bisa ditanggung akhirnya maskapai itu harus berhenti operasional.
Adalah Sandiaga Uno yang berusaha membangkitkan kembali mandala, salah satu orang terkaya di Indonesia dengan Saratoga Capitalnya membeli saham Mandala, lalu bekerja sama dengan Tiger Airways untuk melayani penerbangan dengan konsep baru, terbang kembali ke langit biru..
Pagi ini semua sudah siap, semua masih menunggu, panitia mencari kemana pemilik baru maskapai itu. Dan mereka menemukannya bukan di jalan karena terjebak banjir dan kemacetan, bukan pula dibelakang karena sibuk berdandan.. Mereka menemukannya di Mushola, sendirian sedang khusuk Sholat Dhuha... Berdialog dengan Tuhannya..
Terbayang pertemuanku dengan Mas Sandiuno 2 tahunan lalu, aku ngobrol dengannya di Angkringan Rumah Budaya Tembi di Bantul Jogja, kedua telingaku belum tuli ketika dia berkata dengan jelas bahwa Sholat Dhuhanya tiada terputus sejak bertahun-tahun dia mengawalinya...
"Berapa Rakaat mas?" Tanyaku
"Insya Allah 8.." Jawabnya mantab
Begitu pula pagi ini, dia membuktikan konsistensinya.. Ketika sebuah bisnis besar berharga trilyunan ada di tangannya, dia pun tetap ikhtiar tanpa melupakan Tuhannya..
Aku bayangkan doa indah mas Sandi pagi itu.. "Ya Allah, wahai yang Maha Kaya.. letakkan dunia ada di tanganku, tapi tetapkan hatiku hanya pada-Mu"
Hadirin berdiri, sosok yang ditunggu sudah datang.. Dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya, hari itu Mandala dengan gagah terbang kembali ke angkasa...
----------------------
Jogja, Januari 2013
Lelaki disampingku sibuk membalas mention di twitternya, mobilku melaju ke arah Maguwo, sayup-sayup Adzan Dzuhur terdengar di telinga..
"Kita nyari masjid terdekat ya Sap.. Sholat dulu..." Pintanya
"Di deket Rumah Singgah #SedekahRombongan ada masjid kok, dah deket nih.. " jawabku
Kami turun dari mobil disambut hujan gerimis, sambil berlari kecil kami menuju Masjid yg ada di jalan kecil dusun itu. Sampai masjid Jamaah sudah mulai sholat, ada 5 shaf disana, kami bergegas mengambil wudhu dan bergabung di shaf paling belakang...
kami tertinggal dua rakaat..
Usai tahiyat akhir para jamaah mulai berzikir dan berdoa, kami menyelesaikan dua rakaat yang tertinggal.
Karena lelaki itu ada disampingku, mau tidak mau aku bisa merasakan apa yang dilakukan selama sholat. Gerakan sholatnya yang lebih lambat dari gerakanku, seolah tidak mau buru-buru..
Di sujud terakhir lelaki itu memanjangkan doanya.. Lamaa, aku sudah selesai membaca tahiyat, dia masih di posisi sujud..
Dan lelaki ini menangis, suara isaknya lirih aku dengar persis disampingku.. Seolah di sujud itu dia berdialog intim dengan Allah, meminta apa yang dia inginkan, seperti anak kecil yang merayu ayahnya minta mainan...
Usai salam lelaki itu berdiri, menggeser posisinya satu langkah kekanan.. Dia mulai sholat Ba'diyah Dzuhur. Aku bergeser dibelakangnya persis sambil menyelesaikan zikirku. Satu dua jamaah mulai keluar Masjid, ada beberapa yang menoleh dan mereka tampak keheranan.. Lalu mereka memilih menunggu di depan pintu keluar.
Lelaki itu masih menyelesaikan sholat sunnahnya, di sujud terakhir dia mengulanginya, aku mendengar suara isak lirihnya.. Begitu lama sujudnya.. Sholatnya ditutup dengan doa singkat dengan menadahkan tangannya..
"Sudah Sap, yuk jalan lagi.. " dia menoleh padaku
Ketika kami akan berdiri, kami ditahan oleh 20an jamaaah yang sudah berdiri menunggu di depan pintu, mereka satu persatu menyalami lelaki itu..
Tanpa membuang waktu, lelaki itu berkata kepada mereka semua..
"Perbanyaklah doa di sujud terakhir, karena itu sujud perpisahan kita dengan Allah, minta apapun yang kita inginkan langsung kepada Allah.."
Ada dialog singkat selama lima menitan sampai kami beranjak untuk pamit..
Mereka sekarang berebut menyalami lelaki itu, salah seorang dari mereka berkata.. "Terimakasih Ustad Yusuf Mansur sudah berkenan mampir ke masjid kami, suatu kehormatan Ustad tiba-tiba datang ke sini.."
Gerimis sudah reda, sambil jalan kaki menuju Rumah Singgah #SedekahRombongan ustadz Yusuf Mansur menoleh padaku..
"Ya begitulah Sap resiko jadi Ustadz, setiap saat harus siap kalo dimintain nasehat.. Dimana-mana begitu.. " Katanya sambil tersenyum..
-----------------------------------
Kanjeng Nabi Muhammad sudah tiada lama sekali.. Kami tidak bisa langsung bertemu beliau untuk diajari setiap hari..
Para Perayu Tuhan hadir disisi kehidupan kami, mereka memberi contoh bagaimana berdialog intim dengan Illahi Robbi..
Wahai para perayu Tuhan, ajari kami terus dengan ilmumu yang tak berkesudahan...
Selain kepada Tuhan, kemana lagi kami akan bersandar...?
Diketik di Jogja, dibaca dimana Sadja..
22 April 2013
Pesan Trend Ilmu Giri, Selopamioro Bantul.. Pertengahan 2012
Mujahadah malam itu baru setengah jalan, 300an jamaah yang berkumpul di tempat itu masih berdoa, masing-masing memanjatkan hajatnya. Usai membaca Al Fatehah 41 kali, seluruh jamaah berdiam diri.. Sunyi..
KH. Nasrudin Anshory mengajak seluruh jamaah untuk berdoa, apapun yang diminta, keheningan lereng bukit itu, semilir angin menjadi saksinya.. Seolah malaikat turun bersama para petani yang datang berduyun-duyun berjalan kaki, menghimpun doa-doa mereka yang berserakan dan membawanya ke langit sana...
Usai berdoa, tausiyah malam itu Gus Pur yang berbagi cerita, bersama ayam ingkung dan nasi gurih yang dibagi kepada seluruh jamaah...
"Ada seorang Kyai pimpinan Pondok Pesantren di Purworejo sana yang mengajarkan kita tentang ilmu Tauhid dengan cara sederhana..." Gus Pur mulai berbicara.
"Beliau sangat menjaga sholatnya, bukan hanya kata-katanya yang lembut tapi juga kebersihan tubuhnya. Jika menjelang sholat Dzuhur jam setengah dua belas beliau sudah mandi, berganti baju, menyisir rambutnya, memakai minyak wangi, rapi seperti akan bertemu dengan kekasihnya.. Adzan berkumandang beliau sudah ada di Masjid, beribadah dengan begitu tenang.. seolah dunia dan seisinya tidak mempengaruhi kekhusukannya.." lanjut Gus Pur
"Begitu juga ketika akan Magrib, jam 5 beliau sudah rapi, menunggu petang dengan tenang, seolah-olah Magrib datang adalah pertemuan dengan kekasihnya yang telah lama dirindukan... Berdoapun beliau begitu khusuuuk, menadahkan tangan seolah-olah itu adalah sholat terahirnya"
Jamaah yang hadir terdiam...
"Sementara kita, kadang sholat hanya sebagai syarat.. Buru-buru dikejar waktu, pertemuan dengan Allah hanya seperti mengisi absen di kantor, begitu cepat dan kita pergi lagi.. Tidak ada dialog dari hati, sholat kita seperti tak dinikmati..."
Aku pun mengangguk mengiyakan...
"Sekali waktu seorang santri mengabarkan kalau motor pak Kyai hilang, jawaban beliau nyaris tanpa beban kehilangan.. 'Kalo Allah menghendaki motor itu kembali, pasti akan kembali lagi..'
Tak lama seorang santri datang lagi, mengabarkan kalau motor sudah ditemukan, mogok dipinggir sawah dan ditinggal maling yang mengambil dari pekarangan..."
"Itulah bedanya kita dengan beliau, kita kalau kehilangan motor pasti yang dituju pertama paranormal dan polisi... Kalau pak Kyai pasrahkan pada Allah, Dia yang Maha Kuasa yang akan mengurusnya.. Yakin se yakin-yakinnya"
Angin semilir di Bukit Selopamioro yang sunyi ini seolah ikut membisu, mengajak semua hati yang hadir untuk takhluk pada-Mu...
-------------------------------
Bandara Soekarno-Hatta Jakarta...
Semua undangan yang hadir sudah memenuhi kursi tamu, makanan dan tumpeng juga sudah siap. Semua rundown acara juga sudah rapi, namun prosesi itu belum juga dimulai...
Panitia sibuk mengecek semua perlengkapan, jangan-jangan ada yang kurang.. Semua masih menunggu yang punya kepentingan, pemeran utama lakon hari itu.. Sandiaga Uno.
Saat ini launching terbang kembalinya pesawat Mandala, setelah setahun lebih maskapai yang dulu pernah eksis dengan pesawat-pesawat airbus A320 baru itu akhirnya pailit juga, beban operasional tidak bisa ditanggung akhirnya maskapai itu harus berhenti operasional.
Adalah Sandiaga Uno yang berusaha membangkitkan kembali mandala, salah satu orang terkaya di Indonesia dengan Saratoga Capitalnya membeli saham Mandala, lalu bekerja sama dengan Tiger Airways untuk melayani penerbangan dengan konsep baru, terbang kembali ke langit biru..
Pagi ini semua sudah siap, semua masih menunggu, panitia mencari kemana pemilik baru maskapai itu. Dan mereka menemukannya bukan di jalan karena terjebak banjir dan kemacetan, bukan pula dibelakang karena sibuk berdandan.. Mereka menemukannya di Mushola, sendirian sedang khusuk Sholat Dhuha... Berdialog dengan Tuhannya..
Terbayang pertemuanku dengan Mas Sandiuno 2 tahunan lalu, aku ngobrol dengannya di Angkringan Rumah Budaya Tembi di Bantul Jogja, kedua telingaku belum tuli ketika dia berkata dengan jelas bahwa Sholat Dhuhanya tiada terputus sejak bertahun-tahun dia mengawalinya...
"Berapa Rakaat mas?" Tanyaku
"Insya Allah 8.." Jawabnya mantab
Begitu pula pagi ini, dia membuktikan konsistensinya.. Ketika sebuah bisnis besar berharga trilyunan ada di tangannya, dia pun tetap ikhtiar tanpa melupakan Tuhannya..
Aku bayangkan doa indah mas Sandi pagi itu.. "Ya Allah, wahai yang Maha Kaya.. letakkan dunia ada di tanganku, tapi tetapkan hatiku hanya pada-Mu"
Hadirin berdiri, sosok yang ditunggu sudah datang.. Dengan senyum cerah terpancar dari wajahnya, hari itu Mandala dengan gagah terbang kembali ke angkasa...
Jogja, Januari 2013
Lelaki disampingku sibuk membalas mention di twitternya, mobilku melaju ke arah Maguwo, sayup-sayup Adzan Dzuhur terdengar di telinga..
"Kita nyari masjid terdekat ya Sap.. Sholat dulu..." Pintanya
"Di deket Rumah Singgah #SedekahRombongan ada masjid kok, dah deket nih.. " jawabku
Kami turun dari mobil disambut hujan gerimis, sambil berlari kecil kami menuju Masjid yg ada di jalan kecil dusun itu. Sampai masjid Jamaah sudah mulai sholat, ada 5 shaf disana, kami bergegas mengambil wudhu dan bergabung di shaf paling belakang...
kami tertinggal dua rakaat..
Usai tahiyat akhir para jamaah mulai berzikir dan berdoa, kami menyelesaikan dua rakaat yang tertinggal.
Karena lelaki itu ada disampingku, mau tidak mau aku bisa merasakan apa yang dilakukan selama sholat. Gerakan sholatnya yang lebih lambat dari gerakanku, seolah tidak mau buru-buru..
Di sujud terakhir lelaki itu memanjangkan doanya.. Lamaa, aku sudah selesai membaca tahiyat, dia masih di posisi sujud..
Dan lelaki ini menangis, suara isaknya lirih aku dengar persis disampingku.. Seolah di sujud itu dia berdialog intim dengan Allah, meminta apa yang dia inginkan, seperti anak kecil yang merayu ayahnya minta mainan...
Usai salam lelaki itu berdiri, menggeser posisinya satu langkah kekanan.. Dia mulai sholat Ba'diyah Dzuhur. Aku bergeser dibelakangnya persis sambil menyelesaikan zikirku. Satu dua jamaah mulai keluar Masjid, ada beberapa yang menoleh dan mereka tampak keheranan.. Lalu mereka memilih menunggu di depan pintu keluar.
Lelaki itu masih menyelesaikan sholat sunnahnya, di sujud terakhir dia mengulanginya, aku mendengar suara isak lirihnya.. Begitu lama sujudnya.. Sholatnya ditutup dengan doa singkat dengan menadahkan tangannya..
"Sudah Sap, yuk jalan lagi.. " dia menoleh padaku
Ketika kami akan berdiri, kami ditahan oleh 20an jamaaah yang sudah berdiri menunggu di depan pintu, mereka satu persatu menyalami lelaki itu..
Tanpa membuang waktu, lelaki itu berkata kepada mereka semua..
"Perbanyaklah doa di sujud terakhir, karena itu sujud perpisahan kita dengan Allah, minta apapun yang kita inginkan langsung kepada Allah.."
Ada dialog singkat selama lima menitan sampai kami beranjak untuk pamit..
Mereka sekarang berebut menyalami lelaki itu, salah seorang dari mereka berkata.. "Terimakasih Ustad Yusuf Mansur sudah berkenan mampir ke masjid kami, suatu kehormatan Ustad tiba-tiba datang ke sini.."
Gerimis sudah reda, sambil jalan kaki menuju Rumah Singgah #SedekahRombongan ustadz Yusuf Mansur menoleh padaku..
"Ya begitulah Sap resiko jadi Ustadz, setiap saat harus siap kalo dimintain nasehat.. Dimana-mana begitu.. " Katanya sambil tersenyum..
Kanjeng Nabi Muhammad sudah tiada lama sekali.. Kami tidak bisa langsung bertemu beliau untuk diajari setiap hari..
Para Perayu Tuhan hadir disisi kehidupan kami, mereka memberi contoh bagaimana berdialog intim dengan Illahi Robbi..
Wahai para perayu Tuhan, ajari kami terus dengan ilmumu yang tak berkesudahan...
Selain kepada Tuhan, kemana lagi kami akan bersandar...?
Diketik di Jogja, dibaca dimana Sadja..
22 April 2013
24 komentar untuk "Para Perayu..."
matur suwun mas..sampon berbagi cerita seng sungguh inspiratif
Kapan ya bisa ngobrol ama Ustadz Yusuf Mansyur..
Mereka yg punya ilmu yg tinggi & kesibukan yg padat masih bisa istiqomah sholat dhuha & berdoa untuk merayu ALLAH walau dunia tlah ada ditangan mereka.
www.mendadakngeweb.com