Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Doa Para Waria

Yang kutahu semua yang ada di bumi adalah ciptaan Allah.. termasuk manusia, apakah dia pria, wanita, atau gabungan dari keduanya. Dan aku yakin, mereka semua berhak berdoa pada Tuhannya.

Wates, Kulonprogo 1995
            Kereta ekonomi Empu Jaya yang membawaku dari Jakarta sejak kemarin sore ini jalannya seperti keong gemuk yang sedang bunting. Lambaaat sekali! Kereta ini juga rajin silaturahmi, tiap stasiun kecil pun dia berhenti, mungkin masinisnya wajib menyapa dengan penjaga stasiun kecil itu, mereka mengobrol lima sepuluh menit, bahkan setengah jam… barulah kereta ini berjalan lagi… brrrr!!!
            Sudah jam 9 pagi, berarti sudah 16 jam aku di kereta ini. Bau keringat menyeruak di semua gerbong, kamar mandi tidak ada air, pesingnya bisa membuat dinosaurus pun muntah jika masuk ke dalamnya. Udara panas luar biasa, tidak ada kipas angin yang menyala. Suara tangis bayi bersautan disini dan disana.. sementara sang ibu kewalahan menenangkannya.
            Suasana semakin meriah dengan kehadiran mereka, empat orang waria dengan dandanan bak artis dangdut ibukota paling cantik sedunia! Bibir merah dan menor, bulu mata lentik, wig warna warni, rok mini dengan stocking warna ngejreng, serta bau minyak nyong-nyong yang baunya nyegrak luar biasa.
“Selamaaatt pagi mas-mas yang ganteng semua, ijinkan kami menghiburrr anda semua biar pagi ini gak loyo lagi! Ayo maaasss.. werrr ewerrr ewerrr…” seru yang paling jangkung menyapa.
Lalu dengan cueknya mereka menyanyi tak ewerrr eweerrr dengan vulgarnya, bergoyang mengikuti suara kicikan dengan sesekali bibir dimonyongkan. Satu orang mendekati para penumpang, mengulurkan sebuah kantong plastik bekas permen, berjalan dari kursi-kursi. Yang memberi diucapkan terimakasih, yang tidak memberi disambar dengan kata-kata, “mbok dadi uwong ojo pelit-pelit masss…”dengan suara mengalun sinis.
Seorang penumpang yang memberi uang lembaran diberi bonus dengan towelan manja di janggutnya. Yang ditowel langsung mengibaskan tangan mungkin karena jijiknya. Suasana semakin rame, ada yang tertawa.. ada yang mencaci di sela ucapannya.

      
                                          From: http://khodijah-nazwa.blogspot.com/2012/09/semangat-hidup-kaum-transgender.html



Suara peluit kereta berbunyi! Mungkin masinis dan penjaga stasiun sudah selesai ngopi, kereta ini mulai berjalan lagi. Ke empat waria yang sudah ada di ujung gerbong berhamburan melompat keluar sana. Yang terakhir melompat sempat berkata dengan lantangnya:
“terimakasih buat mas mbak bapak ibu semua, yang udah ngasih saya doakan masuk surga.. yang gak ngasih masuk neraka.. dadaaaaa”
dan tubuh kekarnya langsung melompat keluar kereta, wig yang dipakainya nyaris lepas, untung tidak ada penumpang yang melempar botol dari atas.. kena kepalanya bisa bablas!

Satu jam kemudian kereta ini sampai di stasiun Tugu Jogja, setelah 8 tahun aku sekolah di Jakarta, hari ini aku kembali menghirup udara Jogja untuk melanjutkan ke SMA. Tiga tas yang penuh baju dan buku begitu membebaniku, di kota inilah akan ada ribuan kisah yang mengharu biru..


-------------------
            Tayangan di salah satu televisi swasta itu membuatku tertegun. Kisah sesorang waria yang berkeliling kota Jakarta, berdandan setiap pagi, dengan tas kecil yang dibawa tangan kanannya dia bernyanyi kemana-mana. Setiap suaranya ditemani kicikan yang digenggam. Kamera terus menyorot dan mengikuti gerak geriknya, berjalan dari pinggir jalan raya hingga masuk ke gang-gang sempit ibukota.
            Sampai ada tayangan itu, ada suara azan berbunyi dari masjid di dekat dia mengamen, waria itu melangkah menuju kesana, melepas baju, berwudhu dan mengganti dengan baju lengan panjang yang menutup hingga pergelangan tangan. Ketika iqomat dikumandangkan, dia seperti berubah menjadi lelaki normal seutuhnya, bergerak mengambil saf terdepan, dan mulai ikut sholat berjamaah. Kamera yang meng-zoom wajahnya masih menemukan sisa-sisa bedak yang sejak pagi dipakainya. Lelaki itu sholat khusuk sekali, menutupnya dengan doa. Lalu dengan santainya dia ke kamar mandi, berganti baju yang semula, memakai bedak lagi hingga wajahnya tampak lebih putih dibanding leher dan lengannya. Dia lalu berjalan lagi, menyusuri pinggiran jalan, mendekati setiap toko dan ruko yang ditemui, lalu menyanyi lagi ditemani kicikan nya…

            Di akhir acara waria itu bercerita, seperti monolog dia curhat sendirian, kamera merekamnya disisi samping dan depan wajahnya,
“Sejak lahir saya seperti.. saya juga tidak tau kenapa Tuhan menakdirkan hidup saya seperti ini, tubuh saya lelaki tapi ada sebagian jiwa wanita yang menempel di tubuh saya. Saya tidak tau sejak kapan perasaan ini muncul begitu saja, saya pun ingin bertobat menjadi manusia yang sempurna, hidup normal seperti yang lainnya.. mungkin saya harus bersabar sampai Tuhan menunjukkan jalannya..”

Pandangannya menerawang ketika bercerita, seperti ada kesungguhan yang keluar dari hatinya, bicaranya lancar tanpa dibuat-buat..
Akhir cerita ditutup dengan video waria itu berjalan lagi menyusuri pinggiran jalan sendirian…
Tayangan yang menyentuh hati siapa saja…

            Lain hari berganti channel berita tentang sekelompok waria yang sedang digropyok Kamtib, mereka lari terbirit-birit.. yang tertangkap di dorong dengan kasar ke dalam truk, dibonusi dengan caci maki, ada yang nekat menceburkan diri ke sungai yang penuh comberan dan susah payah menyeberang. Seolah itulah gambaran nasib mereka…
Kotor…
Hina..
Nista..
Dan harus siap dimusnahkan..

-------------
            Sebuah komik yang beredar di twitter itu lucu dan menggeilitik, ketika gambar seorang anak memanggil Dorce dengan sebutan, mbak Dorce, mas Dorce, bu Dorce atau pak Dorce, si anak tampak kebingungan. Dan Dorce cuek dengan panggilan apapun untuk dia.
            Dalam kehidupan nyata mungkin kita yang belum kenal bingung memanggilnya, dia lahir sebagai laki-laki namun berhasil melakukan operasi kelamin jadi wanita dan sahkan oleh hakim.. waw!
            Di #SedekahRombongan kami beberapa kali menemukan kasus unik, anak-anak yang berkelamin ganda. Ketika lahir seperti perempuan, namun ketika mulai membesar muncul bentuk kelamin lain dari tubuhnya. Mereka kami bantu untuk dilakukan operasi.

            Aku pun seperti kamu, kadang bingung memandang status mereka.. gak usah pula memandang tentang surga dan neraka untuk mereka, hanya Allah yang tau…

            Yang jelas dan aku yakini, puluhan anak yatim yang bertahun-tahun dirawat, diberi makan, disekolahkan dan dinafkahi oleh Dorce itu kelak akan jadi pembelanya di akhirat nanti..


-------------------
            Imam Ahmad bin Hambal adalah seorang pengumpul hadist terkemuka. Murid Imam Syafii ini rela pergi jauh untuk mengumpulkan hadist-hadist Nabi yang tercecer, namanya begitu masyur kala itu..
            Satu hari beliau mendengar ada seseorang yang tinggal di Khurasan memiliki hadist yang jika ditelusur berujung pada Nabi Muhammad. Dengan semangat luar biasa Imam Ahmad menyiapkan bekal untuk pergi kesana.
            Khurasan… hari ini dunia mengenalnya sebagai wilayah dengan nama Afganistan-Tajikistan-Turkmenistan dan Uzbekistan. Jaraknya ratusan kilometer dan Irak tempat tinggal Imam Ahmad, satu-satunya kendaraan adalah unta, yang harus siap mengarungi padang pasir luas dalam perjalanan panjang yang melelahkan.


           
            Dalam perjalanannya, bekal Imam Ahmad habis, sudah dua hari lamanya beliau tidak makan. Unta yang berjalan tertatih-tatih itu diarahkan menuju perkampungan terdekat. Sampai disana beliau mencari pasar dan mulai bekerja apa saja untuk bisa membeli makanan. Beliau malu meminta ke Baitul Mal, selama masih bisa bekerja pantang meminta selain kepada Allah. Sepanjang hari dia bekerja sebagai kuli di pasar itu sampai dua minggu lamanya, akhirnya bekal dirasa cukup, Imam Ahmad melanjutkan perjalanannya menuju Khurasan…
            Perjalanan panjang hingga satu bulan yang sangat melelahkan, sampai akhirnya Imam Ahmad sampai di Khurasan, dan menemukan seseorang yang dianggap masih memiliki hadist Nabi yang tercecer itu.

            Dia segera menemui orang yang ternyata sudah tua itu..
“Assalamu’alaikum Syaikh…”
“Wa’alaikumusalam..”
            Orang tua itu memalingkan wajahnya kepada Imam Ahmad, menjawab salamnya lalu dia kembali meneruskan kegiatannya.. dia sedang memberi makan seekor anjing. Orang tua itu tidak langsung menyambut kedatangan Imam Ahmad yang terduduk dengan kelelahan. Usai anjing itu pergi, orang tua itu baru menemui Imam Ahmad..
“Aku tau, dalam hatimu engkau pasti bertanya-tanya, kenapa aku lebih mementingkan memberi makan anjing dibanding menyambutmu..”
“Benar Syaikh..” jawab Imam Ahmad

“Dengarlah wahai anak muda, aku mendengar dari Abu Zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah RA bahwa Rasullah pernah bersabda,
‘Siapa yang memutus harapan orang yang datang kepadanya, Allah akan memutus harapannya pada hari kiamat, dan dia tidak akan masuk surga..’ jelas orang tua itu.

“Di Kampung ini tidak ada anjing, namun tiba-tiba anjing lapar itu datang kepadaku, dia berharap aku memberinya makan. Aku tidak mau memutus harapannya karena kedatanganmu. Dan dia sekarang sudah selesai kuberi makan, lalu apa maksud kedatanganmu kesini?”

Imam Ahmad terdiam.. lalu berkata,
“Wahai Syaikh.. Hadist yang kau ucapkan itu sudah menjawab maksud kedatanganku dari jauh kesini..”
            Maka berakhirlah perjalanan panjang dan melelahkan Imam Ahmad untuk mendapatkan satu buah Hadist itu.


-------------
Prambanan Jogjakarta, 2009
            Daerah Proliman itu entah mengapa menjadi tempat favorit para waria mangkal, tempatnya yang rimbun dengan banyak pepohonan dengan 3 buah lampu merah yang padat setiap hari. Mereka datang bergerombol, lalu mengambil posisi di masing-masing lampu merah. Berjalan sambil bernyanyi-nyanyi genit sambil sesekali mengetuk jendela kaca mobil.
            Salah seorang dari mereka mengetuk sisi kiri kaca mobilku, istriku mengambil uang seribu membuka jendela dan menyerahkan kepada waria itu.
“terimakasiiih mbak yang manis, semoga selamat sampai tujuan..”
katanya sambil tersenyum genit, lalu melenggok berjalan ke belakang.
            Kau pun akan mengalami, berilah uang lembaran bukan recehan, maka tiba-tiba kau akan dipuji mereka menjadi cantik dan ganteng tanpa harus rutin perawatan di salon mahal.


           
            Lain hari aku di mobil sendirian, melewati jalan Janti, berhenti tepat di bawah lampu merah yang menghitung mundur cukup lama. Tiba-tiba waria itu muncul di kananku, entah tadi datang dari sebelah mana aku tidak memperhatikannya.
            Wajahnya biasa, tidak menor dan bajunya tidak vulgar seperti mau manggung di tengah pasar. Dia hanya memakai celana kain dan kemeja panjang, dan mulai menyanyi lagu Stasiun Balapan.
            Kuambil uang sepuluh ribu yang kebetulan nyempil di mobil, kaca kubuka penuh, dan uang itu kuulurkan kepadanya.
“monggo mas, dinggo sarapan nggih..” kataku
           
            Wajah waria itu terkejut dengan pemberianku, dia langsung spontan berkata..
“Subhanallah.. Allhamdulillaaaah… matur suwun mass.. semoga mas selalu sehat, diberi keselamatan oleh Allah, panjang umur dan rejeki berlimbah.. matur suwuuuun”
tangannya menyatu di dada dengan santun, sambil tersenyum ketika tadi mengucapkan doa-doa untukku,
sumpah! aku merinding mendengarnya.
…………

Aku melihat langit yang ada di depanku, seperti ada ‘mata’ besar yang melihat kejadian barusan..
Aku bersyukur sepagi ini mendapat doa panjang dari waria pinggir jalan yang selama ini dihinakan..
Aku jauuuuuuuh lebih beruntung dari orangtua yang tidak bisa mendengar langsung doa terimakasih anjing lapar dari Khurasan…


Diketik di Jogja, dibaca dimana saja
25 Oktober 2013


7 komentar untuk "Doa Para Waria"

Jilbab Segiempat 7 Februari 2015 pukul 21.06 Hapus Komentar
jadi inget cerita tentang nab luth mas...
obat herbal bopeng di wajah 3 April 2015 pukul 13.25 Hapus Komentar
postingan yang menarik..
obat herbal sipilis 1 Mei 2015 pukul 13.05 Hapus Komentar
kereennnn
obat herbal glaukoma 6 Mei 2015 pukul 13.16 Hapus Komentar
sangat menginspirasi
obat herbal fistula ani 13 Mei 2015 pukul 10.22 Hapus Komentar
terimakasih telah brbagi..
vimax asli 24 Oktober 2015 pukul 14.36 Hapus Komentar
thaks buat admin
Susindra 16 Januari 2016 pukul 08.08 Hapus Komentar
Saya mengenal seseorang sebelum akhirnya menjadi waria. Meski hany kenal, pedih rasanya melihat dia jadi waria. Tapi itu jalan hidup yang dipilih, maka selain rasa sedih, saya tetap menghargainya sebagai teman.
Terima kasih pencernaannya.