Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sandal Jepit Untuk Simbah...

Ketika aku hanya punya dua tangan untuk berbuat kebaikan, Gusti Allah yang Maha Kaya mengirimkan jutaan tangan untuk mengangkatnya...
                                                                                   
GOR Universitas Negeri Yogyakarta, November 2010
Gedung itu masih baru, harusnya bau cat masih ada sisa di beberapa sudut ruangan, Tapi malam ini berganti dengan baru menyengat dari ribuan kaki basah, bau baju yang penuh keringat, sisa makanan yang tak sempat ditelan teronggok di pojokan. Pengungsi dari lereng Merapi berduyun-duyun mengungsi ke hall ini. Ketakutan dimangsa api yang berlari kencang sekali. Seribu orang lebih dari beberapa dusun yang ada di lereng Merapi menempati gedung olahraga ini. Banyak yang tidak sempat membawa barang-barang yang mereka miliki.. mengungsi atau mati.
Aku berdiri di samping barat hall itu, Penuh manusia dimana-mana, pandangan mataku beralih dari sudut ke sudut, para mahasiswa yang bergerak jadi relawan dengan sigap membagikan makanan. Ada dua orang simbah yang duduk tidak jauh dari tempatku berdiri, kudekati mereka... Pandangan mereka bertemu dengan mataku. Aku duduk disamping dua wanita sepuh berambut putih itu, tubuh mereka dibalut selimut lusuh kedinginan..
"pripun mbah? pun sae sakniki saget istirahat..?" aku bertanya bagaimana keadaan mereka...
"Mass.. Kulo ajeng nyuwun tulung..." kata seorang simbah, suaranya masih gemeter, mungkin masih kedinginan.
kucondongkan badanku ke mereka, kudekatkan telingaku agar mereka tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk bersuara.. simbah ini ingin mengatakan sesuatu..
--------------------
Plengkung Wijilan, timur Alun-alun utara Jogja 2008
Ini hari kedua aku shooting dengan kawan-kawan Metro TV untuk acara Wirausaha Muda Mandiri. Profilku dalam mengelola usaha dibuat dengan konsep kunjungan langsung ke lokasi usaha. Arnaz dan kawan-kawan dari Metro TV selama 3 hari akan tapping gambar aktivitasku di Jogja. Hari ini aku dibuatkan skenario sedang berjalan-jalan di beberapa sudut kota ini. Kami sudah siap di lokasi plengkung Wijilan, kalo kamu pernah ke Jogja di sinilah pusat gudeg legendaris van Jogja dijual. Arnas sudah bersiap memberi kode. 
"mas, nanti jalan dari sebelah sana, kepala lihat kanan kiri santai... Jangan tegang! Aku ambil dari dua kamera. Tapi jangan lihat kesana.. Anggep kamera gak ada.." kata Arnas.
"siaap... Yuk kita mulai..!!" jawabku semangat
Aku langsung membalikkan badan untuk menuju ujung jalan, tapi pas berbalik itulah dibelakangku sudah berdiri membungkuk seorang pengemis tua, lusuh, wajahnya melihat ke aspal, tangannya hanya berjarak setengah meter dari perutku, menengadah memohon sedekah...
Aku hanya punya waktu kurang dari 5 detik..
Pilihan pertama: kibaskan tangan, sambil ngomong "lain kali mbah, atau mboten mbah" maka pengemis ini akan pergi.
Pilihan kedua: menganalisa berita dari banyak media, bahwa banyak pengemis palsu yang menjadikan profesi ini jadi mata pencaharian utama. Pasti simbah ini salah satunya, dan dia pasti kaya di kampungnya sana, rumahnya besar dan mewah…. Aah terlalu lamaa!
Pilihan ketiga: wiss kasih aja, banyak duit receh.. Kasih 100 perak pun dia pergi.. Beress! 
Pilihat keempat: menggunakan 5 detik yg sempit itu untuk melihat cepat siapa yang ada didepanku, aku gunakan semua intuisi dan hati nurani untuk membaca siapa dan mengapa dia meminta. Jika memang intuisiku bilang dia harus dibantu, aku kadang rela mengosongkan dompetku.
Saat itu aku tidak mengosongkan dompetku, spontan aku beri secukupnya dan wanita tua itu sudah semakin membungkukkan badannya sambil mengucapkan balasan doa-doa. Intuisiku bilang simbah pengemis ini harus dibantu, dia memang menadahkan tangan karena tidak mampu. Kejadian singkat, cepat, refleks itu tanpa sadar terekam kamera tanpa aku minta. Novan Kameraman MetroTV yang saat juga juga memegang kamera saku memfoto kejadian itu. Setelah kami selesai shooting sore hari Novan menunjukkan foto ini kepadaku.
“mau belajar sedekah juga aku mas… biar banyak rejekinya” katanya sambil tersenyum
Foto ini ku share buka untuk riya’…sombong dan menepuk dada, yang kuberikan gak seberapa, tapi kalian pasti akan mengalami kejadian kayak gini, 5 detik yang menentukan untuk proses tranfer rezeki, 5 detik yang mungkin momen kita sedang diuji oleh Yang Punya rezeki… apakah kita mau langsung action tanpa basa-basi, atau menolak saja, kibaskan tangan  dan menyakitkan hati. Ini bagian dari Syiar, menyampaikan kebaikan dengan contoh langsung…
aku kadang punya khayalan tingkat tinggi..
“jangan-jangan pengemis itu adalah malaikat yang diutus Gusti Allah saat itu… dia akan menghilang lenyap di balik tembok ujung jalan.. jika tidak kuberi dia akan lapor kepada Yang Punya Rezeki, bukan tidak mungkin besoknya aku yang akan dibuat mampet susah minta ampun nyari rezeki..”
Jujur, aku takut kalo itu terjadi… aku takut jalanku dipersulit oleh Gusti Allah… itu saja!
                                                                                               Foto Candid by Novan MetroTV
-----------------------------
Jogja yang muram, November 2010
Aku terbangun di pagi itu, sesudah sholat subuh aku keluar rumah. Ada yang berbeda di pagi ini, yang jatuh dari langit bukan embun pagi tapi butiran-butiran halus berwarna abu-abu. Seperti hujan tepung gosong, genteng rumah mas Mugi di depanku sudah berwarna putih. Rumah mas Sisum di sampingnya juga. Gentengnya penuh dengan abu putih. Sejak 1995 aku tinggal disini belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Kubuka internet, gunung Merapi semakin mengamuk, beban material diperutnya sejak semalam terus dikeluarkan. Tahun 1994 dan 2006 ketika Merapi juga punya hajat mengeluarkan bebannya tidak sampai separah ini. Kali ini material itu pasti banyak sekali, pasir dan batu yang akan jadi bahan bangunan ratusan ribu rumah hingga tahun-tahun ke depan, material vulkanik yang akan sangat menyuburkan tanaman, namun semua itupun harus dibayar.
Hari semakin siang, berita yang datang semakin simpang siur. Rumahku yang berjarak 3 km di selatan bandara Adi Sucipto saja sudah penuh abu, apa masih berani pesawat terbang dalam kondisi udara penuh material vulkanik. Aku pernah lihat di Natgeo, tahun 80an ketika Galunggung meletus sebuah pesawat Boeing Australia dengan ratusan penumpang nyaris terbakar ketika melintas di atas pulau Jawa. Mesin jet yang kemasukan partikel vulkanik seperti manusia yang bernafas sambil nyedot tepung terigu… pasti keselek! Untunglah pesawat itu selamat dalam pendaratan darurat.
Berita Detik.com mengabarkan ke BBku, bandara Adi Sucipto ditutup…sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan..
                                                                                      Sumber Foto: istimewa
Siang harinya berita lainnya masuk, belasan warga Kinahrejo tertimbun awan panas. Kemungkinan salah satunya adalah Mbah Maridjan. Sosok sederhana lugu penjaga Gunung Merapi. Bintang iklan Kuku Bima Energi yang fotonya ditempel di berbagai baliho dan body bis kota yang wira-wiri… Mas Penewu Suraksohargo (Sang Penjaga atau Juru Kunci Gunung Merapi) itu gugur di medan tempur, dalam posisi sujud. Seolah menjelang abu panas menimpa tubuhnya, lelaki renta itu tetap setia dan berdialog dengan Tuhannya..
“duh Gusti Allah, Tuhan yang mengangkat dan meninggikan gunung-gunung.. sudah kujaga gunung ini puluhan tahun, agar menjadi pengingat manusia akan kebesaran-Mu.. jika hari ini tugasku sudah selesai aku siap menghadapMu… api bergulung-gulung ini tidak seberapa dibanding panas neraka. Aku sudah menepati janjiku, menjaga amanah Kanjeng Sultan hingga akhir hayatku… AllahuAkbar..”……. BUUUUMMMMM!!!!
Mbah Maridjan tetap tidak beranjak dari garis depan medan perang, walaupan tentara, polisi, dan para relawan mengajaknya turun ke tempat aman. Kita belajar kepada Mbah Maridjan tentang sebuah keteguhan hati, sebuah kekuatan manusia menjaga amanah hingga maut datang. Aku membayangkan Rumah Mbah Maridjan di surga begitu indahnya… di kaki gunung yang jauuh lebih menakjubkan dari gunung manapun di dunia fana...
------------------------------
“Mas, gimana kalo kita kumpulkan bantuan untuk korban Merapi? Kita kumpulkan di semua cabang Kedai Digital di Jogja dulu dari kawan kedai”  Zusuf Vani adalah GM di bisnisku, siang yang muram dia masuk ke ruanganku.
Aku hanya kembali dihadapkan dengan 5 detik yang menentukan, gak sempat untuk berfikir tentang omzet usahaku yang sudah seminggu turun, wisatawan enggan datang ke Jogja, gak sempet mikir bagaimana proses pengumpulan dan distribusinya. Aku hanya punya waktu 5 detik untuk memutuskan itu semua.
“yo wiss, segera kordinasi dengan semua manager Jogja, umumkan di website kedai, kita menerima semua bantuan dan kita pusatkan di Kedai Digital deresan” lanjutku.
Vani segera bergerak cepat, dia segera mengkordinir untuk mengumumkan penggalangan bantuan. 
Dari lantai 3 kantorku kulihat langit Jogja yang semakin muram, ini akan jadi gerakan besar jika aku bisa menembus usulan Vani ke area yang lebih luas. Aku punya kawan-kawan di seluruh Indonesia dari berbagai komunitas. Inilah saatnya mereka kuajak serta.
Kubuka BBku, aku punya 4 senjata dengan teknologi tinggi… BB Messenger dengan 15 Group, Yahoo Messenger dengan ratusan kawan, Facebook dengan 5000 friends, twitter dengan 1000an follower. Saatnya beraksi!! Siapa yang akan percaya dengan niat baik kami?? Nama baikku jadi pertaruhannya. Kalo sampai gak jalan amanah ini, tanggungjawab dunia akhirat…
Group pertama di Wirausaha Muda Mandiri langsung kuhajar dengan message khusus:
“Kawan-kawan, ribuan pengungsi turun gunung, mereka tinggalkan rumah, dan harta, mereka hanya bawa nyawa! Saya dan tim Kedai Digital akan terjun langsung ke lokasi pengungsian, langsung transfer ke Rek 456-492-1400, bantuanmu 100% kami sampaikan! Operasional makan dan bensin kami tanggung sendiri! Ada ladang sedekah nih di depan kita? Sayang kalo gak kita sikatt!! Maju atau mundur…?!! Berani atau Kabur!!”
Bahasanya sengaja kubikin provokatif, nyelekit dan manas-manasin. Isi message juga aku copy kirim ke Group Mentor Entrepreneur University (EU), aku lempar ke Group komunitas TDA (Tangan Di Atas), aku tendang ke beberapa Group lainnya.. aku sikut ke Facebook, Aku dorong banter ke twitter dan Yahoo Messenger…
Sambil memantau perkembangan dari TV di kantor, para relawan yang ada di garis depan terus bahu membahu mencari korban. Aku langsung mengumpulkan data dari internet posko-posko yang jadi pusat pengungsian. Semua data yang masuk langsung kami rapatkan, kami bagi dengan lokasi yang berbeda-beda sesuai dengan tim yang kami bentuk. Dari Manager, desainer, produksi, dan Front Office di Kedai Digital kami libatkan. Satu tim terdiri dari 5-8 orang yang akan belanja kebutuhan logistik yang kami perlukan. Data-data mulai masuk dari internet, dari twitter @jalinmerapi yang menginfokan kebutuhan posko-posko secara up to date… Yess! Langkah pertama sudah kami lakukan, tinggal menunggu kucuran dana..
----------------------------
Sebuah SMS masuk sore itu, “mas Saptu aku sudah transfer ya mas buat bantu korban Merapi, tolong disampaikan.. Trims!”
Tak berapa lama masuk SMS lainnya, “Sap.. aku dah transfer 10 juta ke rek mu, aku nitip ya sampaikan langsung ke posko-posko secepatnya. Kalo masih kurang kabari aku, nanti kutransfer lagi..gak usah sebut namaku di group WMM ya” kabar seorang kawan pengusaha muda bisnis perawatan tubuh di Surabaya itu membuatku tersengat! Kami bisa bergerak.. kami bisa mulai bergerak!
Sebuah pesan di BBM masuk, “sap.. aku ngumpulin dana dari kawan-kawan sekantor, aku nitip kamu ya amanah ini. Tolong segera belikan selimut dan popok bayi. Aku lihat berita di TV tadi masih banyak yang kekurangan..”
Dalam waktu singkat, dana terkumpul 20 juta lebih, aku bagi tim menjadi empat yang akan fokus pertama di Posko Umbulharjo, Kepuharjo, Glagaharjo, dan Wonokerto di Sleman. Kordinator tim langsung aku transfer masing-masing 5 juta untuk segera belanja saat itu juga.
Folding gate Kedai Digital kami tutup, tidak ada penjualan hari itu tidak masalah, yang penting kami bisa bergerak untuk membantu sesama. Selama tim lapangan belanja, tim yang di kantor memantau kebutuhan apa saja yang dibutuhkan, berita TV terus mengabarkan, berduyun-duyun orang turun gunung, untuk alas tidurpun mereka tidak ada. Mereka hanya membawa sesuatu yang berharga…  nyawa!
                                                                                                                    Sumber Foto: istimewa
“mas.. aku belanja wiss kaya orang kaya! Sampai 5 trolly isinya popok, sabun, deterjen, sampai kebutuhan wanita! Hehe baru sekarang bisa begini!” Itun telpon sambil cengengesan, dia sedang belanja bersama timnya. Kadang kala, di tengah ketegangan dan kegalauan sebuah senyuman dan canda ringan bisa melegakan hati, mengendorkan perasaan.
Kami berangkat sore itu, sampai di Cangkringan bantuan langsung kami drop ke beberapa posko. Para relawan dari para crosser yang naik motor mencari korban, dokter yang memeriksa para korban, psikolog dan mahasiswa yang menemani para pengungsi agar tidak stress, dokter hewan yang memeriksa sapi-sapi sekarat dengan kulit terbakar, hingga anggota Palang Merah, Pramuka dan tentara yang hilir mudik berlarian. Langit di lereng Merapi sore itu berwarna abu-abu, turun bersama belerang yang menyesakkan nafas dadaku… tapi hari itu aku melihat langsung, antar manusia yang saling menggapai, mengangkat dan menguatkan.. karena hidup harus dilanjutkan.
--------------------------------
Hari ketiga bantuan dari para donatur terus berdatangan, ada yang berupa makanan, pakaian yang dititipkan lewat kantor Kedai Digital. Aku terus bergerilya dengan BB dan Internet, jari-jariku kubuat menggila memprovokasi agar dana terus terkumpul… “Kawan-kawan semua, bantuanmu kemarin sudah kusampaikan, tapi hari ini Merapi masih menggila, Awan panas masih ada disana, ribuan pengungsi masih butuh selimut, baju, makanan, alas tidur malam ini. Apakah kamu bisa tidur nyeyak di kasur empukmu, jika mungkin besok kamu yang terusir dari rumahmu.. transfer ke Rek.456-492-1400.. sedekahmu akan kami sampaikan langsung! Tanpa dipotong pajak dan restribusi!”
Pesan itu kutendang sejauuuuh mungkin! BBM dan Facebook membuatnya tersebar kemana-mana, foto-foto dropping bantuan kemarin kami upload sebagai bukti amanah sudah kami sampaikan! Hari ini kami akan menyusur barat Merapi hingga ke Muntilan Magelang. Sebuah pesan di group BBM membuatku tertawa.. Mentor EU (Entrepreneur University) Miming Pangarah mengirim sebuah bukti tranfer via mBanking, ditambahi provokasi dibawahnya: “Jangan ngaku orang kaya kalo belum bantu Mereka!” gak lama berselang Rully Kustandar mentor Kebun Emas itu itu menambahi dengan bukti transferannya.. benar-benar otak kanan! Kalo suruh koar-koar semua jagoan! Transferan ke rekening bantuan terus berdatangan… hari itu tembus 50 juta. Kami terus bergerak… terus bergerak!
Satu mobil baru datang dari Solo membawa penuh 700 selimut, mobil lainnya penuh dengan mie instan sampai obat nyamuk. 4 mobil bergerak sore itu.. kami berpisah untuk menghemat waktu menuju desa Dukun dan Talun di Muntilan yang jadi lokasi pengungsian. Aku kirimkan pesan ke Vani, untuk makan crew ambilkan dari dana perusahaan, jangan menggunakan dana bantuan.
Malam menjelang, Muntilan seperti kota mati.. semua rumah berwarna abu-abu tertutup debu, tidak ada toko yang buka, kami melanjutkan ke Banyudono, dan Banyubiru.. sesekali suara gemuruh Merapi terdengar dari atas sana. Samar-samar suara yang menggelegar membuat siapapun gentar. Di puncak sana, pasti batu-batu sebesar rumah dan mobil terlempar seperti mainan yang ringan dihambur-hamburkan.. ngeri!
--------------------------
Vani tiba-tiba menelephonku “Alhamdulilllaaaah mas kami semua selamat, hujan di Magelang! Jalanan aspal yang penuh abu tebal kena air jadi licin.. mobil tiba-tiba meluncur kayak sabun, direm pun gak bisa berhenti, bemper depan pecah mas, kaca juga retak.. kami nabrak pembatas jembatan, tapi semua crew selamat..”
Foto kondisi mobil yang dikirim Vani malam itu menjadi bukti medan yang dilewati berat malam itu. Huufff.. masih banyak bantuan belum disampaikan, besok kami harus mencari mobil pengganti. Menyampaikan amanah ini agar bisa segera terdistribusi. Mobil boleh rusak, tapi selimut itu paling tidak membuat mereka di pengungsian tidur nyenyak..

Esok harinya ada berita yang menyesakkan..
Sebuah foto aktivitas kami dropping bantuan di facebook dikomentari seseorang, “kalian numpang eksis yaaa.. ngapain juga kalian nampang di lokasi bencana! kayak kurang kerjaan aja!” komentar pahit itu langsung jadi bahan pembicaraan crew Kedai. Aku memahami perasaan mereka, ketika kami bergerak ke lokasi bencana, kami memang menggunakan mobil APV dan Granmax yang dibranding Kedai Digital karena memang itu yang kami punya. Tapi kami tidak memasang spanduk besar seperti partai itu, yang mencolok dengan ucapan “Selamat Datang Bapak XXX ketua Partai YYY di lokasi posko Merapi Sleman Yogyakarta” ditambahi foto sang tokoh lengkap dengan senyum simpulnya. Di kanan kirinya ada umbul-umbul dan bendera partai melengkapi suasana. Kami mengupload foto itu sebagai bukti bahwa kami benar-benar menyampaikan amanah ini, gak sempat berfikir tentang eksistensi dan promosi.
“Sudah biarkan saja, nanti juga akan terjawab dengan sendirinya..” kataku
Dan benar saja, dalam hitungan jam komentar sinis itu dihujani caci maki oleh fesbuker lainnya. “mbak.. mending ngaca deh! Mending mereka mau turun langsung daripada elo cuman komentar crewet doang!!” hehehe inilah mental sebagian dari kita, jadi penonton tapi mereka merasa paling pintar, paling jago, paling berbuat banyak! Si Mbak itu kalo nonton bola pasti teriakan paling keras.. menggoblok-goblokkan El Loco dan Bambang Pamungkas, seolah dia yang paling cerdas! sayangnya dia sekarang babak bundas… gak berani lagi komentar menghilang tanpa bekas...
----------------------------------
Seminggu lebih berlalu, sudah lebih dari 15 posko yang kami datangi, seorang kawan di komunitas TDA bertanya di Facebook. “mas Saptu motivasinya ngumpulkan bantuan ini apa mas?”
“hanya membantu saja mas, bisa saja kami tidak perlu bergerak, duduk santai menonton TV kisah-kisah dramatis para relawan di lereng Merapi. Tapi ketika kami bergerak dengan niat baik saja untuk membantu, sudah 150 juta dana yang kami kumpulkan, kami distribusikan barang-barang untuk ribuan orang, ternyata kami merasa lebih menjadi manusia yang bermanfaat… kawan-kawan relawan di baris depan suatu saat akan dicatat malaikat, baju lusuh mereka, sepatu yg lumer kena bara, masker yang penuh debu, keringat yang menetes siang malam akan jadi untaian tasbih, zikir, untuk mereka” jawabku
“aku sendiri pun tidak mungkin mendapatkan kepercayaan, kalo Allah tidak membalikkan hati kawan-kawan yang membantu. Blackberry, Twitter dan Fesbukku ini biarlah jadi saksi, jadi tasbih dan zikirku untuk para pengungsi..”
kadang jika menjelaskan sesuatu pada orang lain aku takut dituduh riya’ dan menyombongkan diri. Namun pak Ustad pernah berkata, "biarlah mereka menuduh dan mencap kita riya’… tapi yang tau niat dan isi hati terdalam kita hanya Allah semata.."
Karena Allah jugalah, hingga lewat minggu ke dua dana 180 juta terkumpul dari kawan-kawan seluruh Indonesia. Kami bukan Media Massa, bukan lembaga sosial atau LSM, kami hanya sekumpulan anak muda Jogja yang bekerja bareng di tempat bernama Kedai Digital, yang ingin bergerak membantu sesama tanpa perlu label yang berbelit-belit, sulit dan rumit.. ituuu sadja!
Ketika VOA news ingin mewawancaraku tentang aksi ini akupun masih segan, tapi si wartawan mengatakan biar jadi inspirasi orang banyak cara baru mengumpulkan dana lewat social media dan teknologi, gak perlu lagi panas-panasan di lampu merah pakai kardus mie…
-----------------------
Tiga mobil itu penuh dengan karpet dan selimut yang kami borong dari toko Liman Malioboro, kami bergegas menuju GOR UNY. Mobil Bonar yang besar muat untuk 3 gelondong karpet sepanjang 25 meter. Ketika kami sampai para mahasiswa yang jadi relawan bahu membahu menurunkan muatan. Aku meminta karpet panjang itu segera digelar, gak usah ditunda-tunda agar para pengungsi bisa segera istirahat. GOR UNY itu penuh dengan pengungsi, kupandangi dari ujung ke ujung mereka yang terusir oleh Merapi. Sampai mataku bertemu dengan dua orang simbah yang duduk di bawah, tubuh mereka kurus dan tampak sangat lelah…
“pripun mbah?..” tanyaku, kudekatkan badanku agar suara simbah mudah kudengar.. sepasang sendal jepit hijau yang putus karetnya ada disampingnya.
“mas, kulonyuwun tulung, menawi onten sendal jepit bekas mboten nopo-nopo, sik elek-elekan nggih kulo kerso, meniko sandal kulo pun rusak, nek ajeng ten wingking kulo kademen dingge mlampah”
Simbah ini tidak punya sandal jepit, dia meminta sandal jepit bekas atau yang jelek gak papa, asal bisa dipakai agar tidak kedinginan ketika berjalan ke kamar mandi…
Aku tertegun, dua minggu lebih sudah aku dan kawan-kawan bergerak dengan dana berlimpah, namun malam ini Gusti Allah menunjukkan bahwa kami masih belum apa-apa, masih banyak pengungsi yang kekurangan kebutuhan apa saja di luar sana…
Aku hanya punya waktu 5 detik untuk memutuskan..
Seorang mahasiswa relawan yang berdiri tak jauh dariku kupanggil, kuambil uang dari dompetku sendiri
“dik, tolong belikan sandal jepit ya.. ini uangnya, habiskan semua gak papa, simbah ini kamu kasih, sisanya kamu bagi ke yang lainnya.. buruan yak!” kataku seperti memerintahnya
Dia mengangguk, lalu berlari keluar entah membeli sandal dimana… aku harus pulang sekarang.
Aku pamitan ke simbah, menyalami tangannya yang dingin.. senyumnya mengembang dengan mata berbinar… “matur suwuuun nggih mass” katanya lirih
Jika kamu ada disampingku saat itu, kamu pasti setuju… senyum simbah malam itu adalah senyum terindah yang menyapa lembut seluruh isi hatimu..
Malam terus beranjak kelam, sesekali suara gemuruh Merapi masih terdengar di kejauhan…

*Diketik di Jogja, dibaca dimana Sadja…
14 Oktober 2011
-------------------------------------------------------------------
Tulisan ini aku dedikasikan kepada segenap Crew Kedai Digital Jogja periode November 2010, yang bahu membahu tanpa lelah menyampaikan bantuan donatur untuk Merapi.
“Kalian datang tanpa memakai baju bertuliskan relawan, kalian kadang direndahkan dan tidak butuh penghargaan, tapi percayalah Malaikat disisi kanan telah memberikan catatan yang dilaporkan kepada Tuhan… untuk sebuah langkah kecil yang kalian lakukan, yang kelak jadi bekal abadimu di kuburan..”
I Lop u all Pull…!!



70 komentar untuk "Sandal Jepit Untuk Simbah..."

Unknown 15 Oktober 2011 pukul 04.45 Hapus Komentar
1 kata buat mas saptu..
HEBAT!
andhika nursatria 15 Oktober 2011 pukul 04.56 Hapus Komentar
teori 5 DETIK nya harus di PATEN ken tuh..... disebar ke seluruh pelosok mesjid dan musholla, biar sekalian ngilangin rasa takut akan tuduhan riya... sakses mas Sap!
mylittlestuff 15 Oktober 2011 pukul 06.53 Hapus Komentar
subhanallah mas saptu! ini nih otak kanan..ga usah kelamaan mikir,yg penting action.. thanks mas, bacaan pagi yg selalu menginspirasi
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 07.00 Hapus Komentar
Subhanallah...
ALLAHUAKBAR...!!
Wilem 15 Oktober 2011 pukul 07.46 Hapus Komentar
Wow..Wow...Wow...makin Maknyoss aja Mas,Mantapp
Sharif Mahfud 15 Oktober 2011 pukul 08.45 Hapus Komentar
Aku sampai terharu baca postingan mas. Semoga aku juga bisa kaya mas, bisa bermanfaat untuk orang2 disekitarnya..
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 09.00 Hapus Komentar
Cara Sampean kudu ditiru pancen mas!kudu!
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 09.01 Hapus Komentar
Nyesek aku mbacane mas....sampe gemeter ini tangan. Rasane mau ikut mbantu juga saat itu. Toop dah...terus berbagi tulisan yo...
Batik Tulis 15 Oktober 2011 pukul 09.40 Hapus Komentar
keren mas Saptuari, inspiratif...
semoga usahanya lancar sedekah dan hadiahnya kepada saudara kita lainnya kian berlimpah juga...

salam Batik!
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 10.51 Hapus Komentar
Bener2 "menggugah" mas, maturnuwun sudah menyadarkan saya. Ntrocos atiku, mrebes mili mataku...
Semoga semakin banyak yg terinspirasi dgn cerita njenengan.
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 12.38 Hapus Komentar
Mas, tulisannya dikasih bawang merah ya??
koq bikin aq keluar air mata terus.

saluut n lanjutkan!!!
Anonim 15 Oktober 2011 pukul 15.53 Hapus Komentar
Yoou are the best mas !!!
anoe sae 15 Oktober 2011 pukul 18.09 Hapus Komentar
Berbagi tidak pernaah memiskinkan.. yang buat miskin itu pandangan manusia yang sempit.. MAs Sap.. terima kasih..
RAY 16 Oktober 2011 pukul 09.58 Hapus Komentar
Semoga Gusti Alloh mbales sing akeh Mas. Salute.
Sego Kucenx 16 Oktober 2011 pukul 14.38 Hapus Komentar
menginspirasi sekali mas
Yang punya bisnis 16 Oktober 2011 pukul 20.37 Hapus Komentar
aslii tuenann mas..ini sih partai otak kanan abiiss..salam bwt temen2 kedai digital mas.Kalian inspirasi anak2 muda Indonesia
masdhenk 17 Oktober 2011 pukul 13.08 Hapus Komentar
seperti biasa! tulisannnya menggugah!! salut dan kembali... menggugah
Anonim 19 Oktober 2011 pukul 08.07 Hapus Komentar
Gusti Alloh mboten sare mas...becik ketitik, olo ketoro...ndonga'ke wae mbak-mbak sing nyinyir karo njenengan ning facebook cepet sadar...
Anita Dwi Indriyani 19 Oktober 2011 pukul 14.04 Hapus Komentar
Inspiratif mas..
jd semangat sedekah,
suwun, :)
ajengashri 19 Oktober 2011 pukul 14.10 Hapus Komentar
mas sapto.. teramat sangat iri sayaaaa... smg sy d kasi kesempatan Gusti Allah bs berbuat nyata spt mas sapto.. :)
Unknown 19 Oktober 2011 pukul 19.36 Hapus Komentar
Banjir bandang mataku mas.. Thanks.. Saya akan berusaha berbagi dengan siapa saja dengan apa yang saya miliki sekarang..
YLabdo 21 Oktober 2011 pukul 18.45 Hapus Komentar
Om Saptu...anda layak jadi panutan...teruslah berbagi...

salam
@ylabdo
Anonim 24 Oktober 2011 pukul 10.43 Hapus Komentar
Semoga bisa menjadi inspirasi unt semua orang,terutama diriku sendiri
IstanaMungil 24 Oktober 2011 pukul 11.49 Hapus Komentar
Inspiratif... 5 detik aku mikir nulis komen apa yah:)
5 dedtik..ya..5 detik teori baru! tur siwun mas!
IstanaMungil 24 Oktober 2011 pukul 11.51 Hapus Komentar
Inspiratif... 5 detik aku mikir nulis komen apa yah:)
5 dedtik..ya..5 detik teori baru! tur siwun mas!
Anonim 24 Oktober 2011 pukul 19.42 Hapus Komentar
ga bisa ngomong apa2..cuman nangis... T_T
Subhanallah mz..semoga mz Saptuari selalu dimampukan oleh Allah untuk menginspirasi qta..
Terus nulis dan action ya!!
>=D
Anonim 26 Oktober 2011 pukul 16.07 Hapus Komentar
aku jadi tersindir nih....

aku ternyata bukan apa2 dibanding njenengan.
Anonim 28 Oktober 2011 pukul 08.03 Hapus Komentar
inspiring, mas!
pemuda beneran, ini.
mari bergerak menuju manfaat dengan apa saja yang kita punya!

semoga aku bisa meniru panjenengan
aamiin...
Anonim 28 Oktober 2011 pukul 13.47 Hapus Komentar
Thanks buat sharingnya, motivasi yang dalem banget....
Toko Baju Muslim 28 Oktober 2011 pukul 23.00 Hapus Komentar
saat menyalakan Tv pas acara kick andy saya langsung takjuk keyakinan anda untuk menjadi entrepreneur luar bisa mas..sukses selalu
mjumani 28 Oktober 2011 pukul 23.03 Hapus Komentar
Saya nonton mas di Kick Andi, sangat luar biasa dan inspiratif, mudahan2 saya bisa mengikuti jejak sukses anda.
Hnd324 28 Oktober 2011 pukul 23.10 Hapus Komentar
Salut wat mas saptu... barusan saya nonton di kick Andy,, wejangannya dasyat banget,, keep moving mas jangan lelah untuk memberi semangat untuk yang muda.... cayoooo....
velli marwan 28 Oktober 2011 pukul 23.12 Hapus Komentar
saya tau blog mas saptuari setelah liat acara kick andy,,

hebat! kisah sukses mas saptuari menginspirasi saya.

salam kenal mas.. dari Medan!
ewikie 28 Oktober 2011 pukul 23.22 Hapus Komentar
Dahsyat sekali semangat yang mas kobarkan..
terima kasih mas...
sampeyan telah "mencambuk" semangat saya
PT.KIA MOBIL INDONESIA 28 Oktober 2011 pukul 23.31 Hapus Komentar
Setuju mas...hati nurani tak bisa berbohong...saling berbagi itu memang indah...jika semua orang bisa berbagi tak akan ada si miskin dan si kaya..si pintar dan si bodoh...indahnya hidup
Zaki Yamani 29 Oktober 2011 pukul 01.22 Hapus Komentar
sangat energyze dan inspiratif mas...salam satu jiwa ^_^
Anonim 29 Oktober 2011 pukul 08.35 Hapus Komentar
PAS LIAT KICK ANDY BARU TAU BLOGNYA MAS SAPTUARI, TRUS BACA TULISAN MAS BIKIN AKU MERINDING, BETAPA GIGIHNYA MAS MEMBANTU SESAMA. SALUT.
tiens4me 29 Oktober 2011 pukul 10.30 Hapus Komentar
INSPIRING 'N BIKIN MERINDING..SALUT:)
3as 29 Oktober 2011 pukul 15.54 Hapus Komentar
subhanallah...mungkin saya mikirnya kelamaan ya selama ini...baiklah saya akan coba berpikir lebih cepat. Lima detik saja...thanks Mas Sap!
Anonim 30 Oktober 2011 pukul 00.17 Hapus Komentar
mbrebes mili aku moco critamu mas sap.... Gusti Allah maha Pirsa.... malaikat sudah mencatat amal kebaikanmu... aku menjadi sangat iri... mengapa tidak bisa sepertimu mas.....
Pulsa Murah 30 Oktober 2011 pukul 16.58 Hapus Komentar
Tetap Menjadi dan Memberi Manfaat Bagi Orang Lain... Mantapss
Bisnis Online Daftar Gratis Bonus Jutaan Rupiah 30 Oktober 2011 pukul 17.09 Hapus Komentar
Barusan nonton kick andy langsung tak buka web ini, mas. Kebetulan lagi oL. Baca tulisan ini malah jadi inget dulu pas ngungsi.
sinsausantai 30 Oktober 2011 pukul 17.16 Hapus Komentar
Sangat menginspirasi!..
Ricky Dwi Patria 30 Oktober 2011 pukul 18.17 Hapus Komentar
mantap mas dua jempol
de,es 30 Oktober 2011 pukul 19.03 Hapus Komentar
satu kata lagi, HEBAT!
bkkamanah 30 Oktober 2011 pukul 19.16 Hapus Komentar
dua tangan diangkat 2 jempol digoyang. MANTAP mas. Penuh ispirasi bagi kawula muda
Anonim 30 Oktober 2011 pukul 20.40 Hapus Komentar
bener2 hebat mas ni semoga ALLAH melimpahkan rahmatNYA buat mas Saptu....amiiiiin
grosir seragam sekolah 31 Oktober 2011 pukul 07.22 Hapus Komentar
sangat inspiratif
Gayeng 31 Oktober 2011 pukul 11.33 Hapus Komentar
saya nonton kick andy loh ,hebat mas saptu ...penuh inspirasi.
Anonim 31 Oktober 2011 pukul 13.11 Hapus Komentar
Mas Saptu, Top markotop. Jos gandos. Semoga Allah membuka pintu hati para hartawan dan pengusaha yg lain.
dion 1 November 2011 pukul 14.05 Hapus Komentar
nangis tapi isin, maklum baca di kantor.
minta ijin share
@ayarasya 2 November 2011 pukul 23.29 Hapus Komentar
Bikin nangis lagi deh :'(
Tiva Fatimah Keizer 4 November 2011 pukul 21.11 Hapus Komentar
Insya Allah pengen usaha sendiri dengan halal.. Mas Saptu tetep rendah hati yah..
Anonim 5 November 2011 pukul 13.25 Hapus Komentar
dari atas aku baca tulisan mas saptu.. nangis nggak berhenti-berhenti... ternyata Kuasa Allah luar biasa..kita belum ada apa-apanya.. inspiring mas! salam dari Kudus
Anonim 9 November 2011 pukul 16.50 Hapus Komentar
mas.... sampeyan hebat lho.... dg kemampuanmu mengalang dana untuk korban merapi.... aku dulu juga pernah kecil2an sih... menggalang dana untuk korban gempa bantul, tapi aku masih prioritaskan dusunku yang porakporanda karena gempa, sumbangan yg aku kumpulkanpun hanya 9 juta tapi orang2 di dusunku sangat berterimakasih... teruskan mas sampeyan punya jiwa humanity yg sangat bagus.... Allaah menyertai, merahmatimu... amiiin
dalu 9 November 2011 pukul 17.37 Hapus Komentar
mesti wis nangis kalau baca tulisan mas saptu. 5 detik itu akan aku ingat selalu untuk memakai intuisi dan segera beraksi, tengkyu mas
Regen Said 11 November 2011 pukul 06.47 Hapus Komentar
Saya juga melihat anda di Kick Andy...dirimu memang inspiratif,semoga ke depan banyak saptuari2 yang lahir mensejahterakan kaum kecil.....
hqmyeach 17 November 2011 pukul 11.33 Hapus Komentar
Tulisan ini layak direkomendasikan untuk dibaca orang lain. MENGGUGAH.
MAju terus mas, semoga tetap istiqomah!
cahyo dwi antoro 8 Desember 2011 pukul 13.07 Hapus Komentar
mas saptu, satu tau sampeyan pas saya lagi makan siang teruz nyetel metro tv. Ya tak tonton adja mpe slesei, he..he. Eee tnya kita mendadak saya jumpa lg dengan sampean. Saya yg lg baca tulisan cak nun, ktemu sampean lg..he..he, salam kenal. Kang Cahyo Karangluhur. cahyodwiantoro@yahoo.co.id
Republic Of Seven One 24 Desember 2011 pukul 19.44 Hapus Komentar
Sangat menginspirasi Mas, semoga Allah Swt melimpahkan keberkahan yang berkesinambungan kpd Anda dan Tim Anda serta kpd para donatur.

Kang Danu, Jakarta
rya 9 Maret 2012 pukul 01.35 Hapus Komentar
Subhanallah..
Salut, terharu, dan terinspirasi.
Makasih untung sharingnya yg luar biasa mas :)
janan 28 Maret 2012 pukul 09.01 Hapus Komentar
Mas Saptu bikin aku ngiri..., bikin mewek-mewek gak karuan.
Huda 12 Mei 2012 pukul 01.46 Hapus Komentar
masya Allah! Maaas.. Jian, ampuh sampean. Smoga bs copas jalan2 kebaikan yg tlah kau tempuh, insyllh.. Huda.slawi tegal
wawan 13 Mei 2012 pukul 02.11 Hapus Komentar
hebat,,, salut, saya bangga dan ngefans sama mas saptu.
Unknown 11 September 2013 pukul 12.01 Hapus Komentar
Tulisan Yang Menarik mas,pasti dulu ketemu saya di Posko Jalin Merapi 1 Magelang,kebetulan saya Bayu Sapta Nugraha sebagai Korlap di Posko JalinMerapi 1 Magelang, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya,mewakili warga lereng merapi Magelang khususnya,
Anonim 17 Oktober 2013 pukul 01.09 Hapus Komentar
Subhanallah.. Ingin sekali saya seperti sapta dan kawan2. Kadang perasaan takut dibilang riya itu selalu terbayang2, insyaallah Saya gak akan takut lagi untuk melakukannya.. Terimakasih mas.. Doa saya yg terbaik untuk kalian semua..
kadi 19 Desember 2013 pukul 13.23 Hapus Komentar
membaca semua postingan mas saptuari mampu membuat saya menangis, menjadikan saya malu betapa kecilnya saya betapa kerdil dan kikirnya saya, semoga saya mampu meniru langkahmu. Aamiin
mus z 27 Maret 2014 pukul 16.36 Hapus Komentar
keren maz saptu.....thks bacaannya bermanfaat sekali..

oya mz mau nanya apa kedai digitalnya udah ada yan ngambil francisenya di kota tegal??..saya pengen nih jadi partner :)
obat herbal campak 15 Mei 2015 pukul 15.05 Hapus Komentar
terimakasih telah berbagi
Anonim 13 Januari 2024 pukul 20.31 Hapus Komentar
dulu pas 2012 saya membacany dan menangis
sekarang 13 januari 2024 saya membacanya kembali dan menangis kembali
teringat kejadian itu..
njenengan tiyang sae mas sapt..