Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jarum Pentul Bu Mar

Ketika kejujuran menjadi mahal harganya, orang-orang sederhana menunjukkan caranya dengan cara yang sangat biasa...

Warung sambel mbak Sasa, Desember 2009..
Es lemon tea yang ada didepanku tiba-tiba rasanya jadi pahit luar biasa, tambah lama tambah pahit. Dua orang karyawanku yang aku introgasi siang itu menunjukkan bukti-bukti kuat bahwa ada satu managerku yang tidak jujur. Ada satu cabang usahaku yang lost kontrol dalam 3 bulan, omzet yang tinggi tidak dibarengi dengan profit yang maksimal. Akhir tahun ini aku langsung minta diaudit bagian keuangan, dan dugaan penyelengan dana itu memang ada.

"Kami selalu menyisihkan uang untuk belanja bahan baku mas, kalo gak segera diambil besok uangnya dah dibawa manager, pas kami mau belanja uangnya sudah gak ada. Baru akhir bulan kami mencocokkan... Ada yang beda di laporan" kata superviserku..
"Berapa uang yang geseh dalam 3 bulan ini?" Tanyaku
"Sekitar 15juta mas.."
Lemon tea itu kuminum lagi, rasanya semakin pahit...



Sore itu juga aku panggil tiga managerku, salah satunya adalah yang menjadi tersangka. Aku beberkan semua bukti didepan mereka, dia terbelalak dan langsung tertunduk tidak berani menatap wajahku, padahal aku tidak berbicara dengan amarah.. aku biarkan mengalir saja seperti orang ngobrol.
"Aku pernah bilang kan, kerja kita adalah amanah orang banyak. Sekali kita tidak jujur, maka bakalan hancur.. sudah hukum alam itu, gak bakal bisa ditolak..." Kataku
Si manager tersangka itu tiba-tiba menangis, dia langsung memeluk badanku sambil berlutut..
"Hhhhhkkkkk...hhhkkkk maafin aku mas, aku memang salah, aku memang salah... Uang itu memang aku pakai untuk bayar hutang-hutangku diluar, aku salah mas gak bisa jaga amanah.." katanya sambil sesenggukan
"Kamu harus berani tanggungjawab, sudah aku siapkan surat bermaterei dengan 2 saksi, bahwa kamu sanggup mengembalikan uang itu dalam dua minggu, jika tidak kau penuhi masalah ini aku bawa ke polisi.." kataku berusaha tegas
Tangisnya tiba- tiba berhenti, raut wajahnya tiba- tiba menegang, aku tau dia semakin terpojokkan.. tidak ada belas kasihan..
"Secara pribadi aku memaafkanmu, tapi setiap pelanggaran harus ada hukuman. Mulai besok kamu sudah bukan bagian dari kami lagi, kamu boleh pergi dengan seluruh aura negatif yang kamu miliki, dan waktumu hanya 2 minggu dari sekarang... Uang itu kembali, atau kami bawa kasus ini ke polisi.." kataku lebih tegas lagi

Dua minggu berlalu..
Uang milik salah satu cabangku itu kembali, entah darimana dia mendapatkan uangnya. Yang jelas aku kehilangan salah satu manager terbaikku yang hancur harga dirinya ketika tidak bisa menjaga sebuah sikap paling utama dalam hidup, yaitu KEJUJURAN..

Tahun ini sudah hampir dua tahun berlalu, dan aku masih mendengar kabar selentingan dari managerku lainnya, bahwa orang itu juga memiliki banyak kasus hutang piutang diluar sana, korbannya puluhan orang, ketika kejujuran menjadi mahal harganya maka tipu menipu jadi hal biasa...
Aah.. bukan urusanku lagi, tapi sebuah nasihat pernah aku dengar, bahwa orang yang bisa menusuk kita adalah orang yang justru paling dekat dengan diri kita.. berhati-hatilah.. aku sudah mengalaminya..

------------------------
Terminal 1F Soekarno Hatta, 2008
Tiba-tiba bahuku ditepuk dari belakang
"Hoi mas, naik Lion juga to..ada acara dimana je mas?" Kata orang itu..
Aku menoleh, haaaa ternyata mas Agung, tetangga desaku. Dosen di ISI Jogja, plus desainer, umurnya sekitar 37 tahun, wajahnya selalu tersenyum kepada siapa saja..
"Hehe, acara ngisi seminar mas, kalo njenengan dari mana mas?" Tanyaku balik
"ngrampungke desain gerbong kereta buat presiden, interiore njelimet soale.. wis 3 bulan jee belum rampung" lanjut mas Agung.
"Wiiii... Sepur buat presiden mas? Ada bioskop dan kolam renange mas?" Tanyaku ngawur
"Haiyah! Koe ki..."
Obrolan asyik kami terhenti ketika masuk ke dalam pesawat, kami beda baris tempat duduk. Pesawat baru Lion Boeing 737-900ER malam itu membawa kami mulus pulang ke Yogyakarta...

Sampai Jogja aku yang nraktir mas Agung naik taksi, dia turun di ujung desa, rumahnya disebelah timur dipinggiran desaku, bersebelahan dengan sawah yang luas..
"Mas, nek gerbonge wiss dadi aku kapan-kapan entuk numpak yo? Gratiss" Teriakku dari jendela taksi, mas Agung cuma cengengesan..

----------------------
Rumah itu sederhana, dipinggiran sawah desaku. Bagian belakang rumah juga masih sawah. Halamannya rapi dengan tanaman yang dirawat setiap hari. Penghuninya sepasang suami istri yang sudah sepuh, Pak Mardowo dan Bu Mardowo, aku tidak tau nama asli ibu itu, di desa biasa dipanggil Bu Mar. Kebetulan bu Mar juga teman pengajian ibuku, jadi keluarga mereka dekat dengan keluargaku. Pak Mar dan Bu Mar adalah orangtua mas Agung, mereka pensiunan guru yang menghabiskan masa pensiun berdua. Ke tujuh anaknya sudah berkeluarga semua dan tersebar dimana-mana, anak bungsunya yang kerja di Jepang dulu satu angkatan denganku kuliah di UGM, tapi kami beda fakultas. Hanya tinggal mas Agung yang tinggal di desaku, membangun rumah sendiri disamping rumah Pak Mar.
Mereka orang yang jadi contoh di desa kami, masih rukun hingga usia tua. Tahun lalu mereka berdua naik haji, dan sikap hidupnya tetap sederhana dan ramah kepada semua orang. Benar-benar sosok "Guru" tempo doeloe yang diguGU dan ditiRU.. bukan kayak guru-guru cabul yang beritanya sering muncul di detik.com, Guru yang "waGU dan saRU.."

Ibuku cerita, ketika ada pengajian di rumah pak Mar, beliau menunjukkan bagian-bagian belakang rumahnya.
"Monggo bu, ini belakang rumah kalo saya meninggal dimandikan disini, bagian pinggirnya sudah saya kasih batas semen biar airnya gak menyebar kemana-mana" kata pak Mar, ibuku juga terkejut mendengarnya, kata Pak Mar biar tidak merepotkan orang, semua sudah dipersiapkan.
"Kami juga sudah memesan makam untuk kami di pemakaman milik pak Amin Rais di Godean, pokoknya semua sudah kami persiapkan agar tidak merepotkan.." lanjut pak Mar.
Aku yang mendengar cerita ibuku juga geleng-geleng kepala, pasangan sederhana itu bahkan sangat punya waktu mempersiapkan masa kematian mereka, wiss sepertinya dah gak kemrungsung mengejar dunia..

----------------------
13 Juni 2011,
Dua hari yang lalu adikku menikah, aku sukses menjadi wali nikah adikku menggantikan almarhum bapakku. Pada saat resepsi nikah ada adat jawa pengantin ada yang mengapit oleh sesepuh ketika berjalan ke pelaminan. Yang mengapit adalah ibu-ibu yang "sempurna", minimal masih lengkap suami istri sampai usia tua, sudah punya cucu, dan lebih bagus kalo sudah berhaji.. filosofinya adalah agar kedua pengantin ketularan aura positif itu.
Ibuku meminta Bu Mar untuk jadi salah satu pendamping itu, beliau bersedia dan siap membantu pada saat acara. Kami langsung mencarikan sewa baju warna merah yang senada untuk kedua pengiring manten itu. Hari itu bu Mar bertugas menggandeng pengantin pria.



Pagi hari sebelum ijab kabul kami mengundang 50 warga desa untuk menjadi saksi acara pernikahan. Jam 7 pagi kami minta warga kumpul di rumah dulu untuk sarapan bersama. Pak Mar kembali menunjukkan sifat yang bagus ditiru, jam 7 kurang 10 menit beliau adalah tamu pertama yang datang ke rumah, ketika sudah diundang tidak mau merepotkan yang mengundang dengan datang belakangan.
Hari ini juga Bu Mar yang pertama mengembalikan baju kebaya warna merah dan kain jarik yang kami sewa untuk beliau. Baju dan jarik itu sudah dicuci, disetrika wangi, terlipat rapi dalam plastik yang bersih.. istriku yang menerima baju itu.
"Mbak Sita, ini sudah saya kembalikan baju dan jariknya, mohon maaf kalo terlambat mengembalikan.." kata bu Mar.
"Walaah bu, kami malah yang merepotkan, ini kok pakai dicuci segala, biar nanti yang punya sewa baju yang mencucinya, kan sudah tugas mereka.." jawab istriku
"Mboten nopo-nopo mbak, biar gak merepotkan yang punya.." lanjut bu Mar.
"Oh iya mbak Sita, meniko juga jarum pentul dan peniti milik mbak-mbak yang ngrias saya kemarin, semua lengkap saya kembalikan.."
Istriku hanya bengong melihat beberapa jarum pentul dan peniti yang dibungkus plastik kecil di atas meja, benda-benda mungil yang tidak berharga, dan si tukang riaspun melupakannya. Jarum pentul dan peniti yang hanya sekali pakai, dan si tukang riaspun punya stock bejibun di kotak perlengkapannya...
"Walaah bu Mar, hanya jarum pentul kok juga dikembalikan to bu, malah tambah merepotkan" istriku gak tau harus ngomong apa..
"Ndakpapa mbak, itu bukan hak saya, masih bisa bermanfaat untuk dipakai yang lainnya.." jawab bu Mar halus...
Sepulang bu Mar, istriku bercerita kisah sederhana itu dengan menggebu-gebu.
Esok harinya, beberapa baju among tamu dikembalikan, dan tentu saja masih dalam kondisi lecek dan bau... Entah kemana juga peniti dan jarum-jarum pentul itu.



Sebuah nasihat dari pak Ustad, jika orang yang JUJUR pasti hidupnya MUJUR... Bagi yang TIDAK JUJUR, tunggu saja pasti hidupnya HANCUR LEBUR... Itu pasti terjadi, hukum alam! Seperti bola yang pasti jatuh ke tanah ketika dilempar ke udara.
Aku dan kamu sudah bosan dengan berita Gayus dan Melinda kemarin lalu, hari ini berita Nazarudin dan Syarifudin yang banter diberita.. ketika KETIDAKJUJURAN dilakukan, tinggal tunggu saja datang kehancuran..

Kata pak Ustad lagi, akan datang hari pembalasan yang dijanjikan Allah, di hari itu setiap kebaikan dan keburukan sebesar biji zarahpun akan diberikan balasannya. Semua yang buruk pasti diminta pertanggungjawabannya!

-------------------------
Aku membayangkan...
Dia yang pernah nyolong sandal di Masjid akan diminta tanggungjawabnya..
Yang pernah nyolong ayam, nyolong pulsa orang, nipu temen sendiri, bohongi bapak ibu, nipu teman, nipu saudara, nilep duit kas kelas, nilep duit arisan, ngemplang utang, nipu di internet, jual barang palsu, transaksi ilegal, KORUPSI semua diminta tanggungjawabnya..
Ada yang baru datang, malaikat seram menudingnya.. "hei kamu!!! Duit 20 milyarrr yang kamu colong sudah cukup untuk melumatkan tubuhmu disini..!!!"

Ada yang datang lagi, ditanya "apa hak orang lain yang pernah kamu ambil di dunia..??"
"Tidak ada wahai malaikat, Demi Allah jarum pentulpun sudah saya kembalikan ke mbak Sita karena memang bukan hak dan milik saya..."
Aaah... Indah sekali istana yang Allah buatkan untuk bu Mar di surga nantinya..

--------------------------------
Kemarin mas Agung naik motor lewat depan rumahku sambil menyapaku "ayo Mas pergi duluuu..". Aku janji kalo punya kesempatan naik gerbong kereta presiden itu aku akan jujur membeli tiketnya. Aku gak mau jadi penumpang gelap seperti penumpang kereta Jabodetabek yang meluncur penuh sesak disana...


*diketik di Jogja, dibaca dimana sadja...

15 komentar untuk "Jarum Pentul Bu Mar"

Mujiyanto 24 Agustus 2011 pukul 05.48 Hapus Komentar
Ndilalah nyasar ning blognya mas Saptu...Mantab Kang postingannya..sehat dan sukses terus yo..
Iskandar ZH 4 September 2011 pukul 14.29 Hapus Komentar
Ijin share ya mas, kisahnya menggugah sekali
Unknown 7 September 2011 pukul 07.31 Hapus Komentar
yang langka itu tidak mudah....

j.u.j.u.r
adik-rafif 9 September 2011 pukul 09.30 Hapus Komentar
mantap masss. izin share yaahhh
bisnis herning 4 Oktober 2011 pukul 17.10 Hapus Komentar
Assalammualaikum mas ,...

cerita yang menggugah buat siapapun yg baca, pingin rasanya aq spt Bu Mar,,,Insya Alloh...

Mohon ijin untuk share cerita ini ya mas
Anonim 30 Oktober 2011 pukul 19.47 Hapus Komentar
Salam kenal mas...,izin share yak....
siska 31 Oktober 2011 pukul 11.50 Hapus Komentar
Subhanallaah ...

Matur nuwun mas saptuari ..

bikin berkaca hari ini
~Tety Siagian~ 22 November 2011 pukul 17.43 Hapus Komentar
NYASAR di blok nya mas ini. Kisahnya penh inspirasi dan membuat aku terhenyak
Ika Ari 16 Desember 2011 pukul 12.02 Hapus Komentar
kesederhanaan yg mengesankan.. mas sabtu, ijin share postinggannya njeh..
mas anton 8 September 2012 pukul 14.42 Hapus Komentar
ijin share ms saptu .... semoga menginspirasi saya dan yang lainnya ...
Nur Almeida 16 April 2013 pukul 09.28 Hapus Komentar
Salam kenal mas saptu..

nyasar disini...serasa mendapat energi yang lain dari Allah..
Subhanallah..
Tks sudah banyak menginspirasi

Anonim 16 Oktober 2013 pukul 14.59 Hapus Komentar
Saya berharap generasi kita bisa punya sifat jujur karena lama-kelamaan sifat jujur di indonesia itu mahal sekali karena jarang ..

semanget terus yaa mas ^^
Unknown 17 Oktober 2013 pukul 15.30 Hapus Komentar
Salam kenal mas...karena kmaren browsing diinternet jadi nyasar ke blog mas hehehe..cerita yang penuh makna smoga bisa jadi inspirasi kdepan menjadi manusia yang slalu jujur.
Anonim 22 Oktober 2013 pukul 08.31 Hapus Komentar
Matur suwun mas Saptu...... Saya Masih terus belajar untuk teguh kepada kejujuran.... Bismillah
Anonim 7 April 2014 pukul 10.17 Hapus Komentar
Assalamualaikum Mas Saptu.
Ijin share ya mas semoga bermanfaat.
Amin ya robbal alamiin.